Rabu, 28 Juni 2017

Kultwit Fadli Zon Soal Islamophobia: Ini Perubahan Drastis

Kultwit Fadli Zon Soal Islamophobia: Ini Perubahan Drastis


JAKARTA, JITUNEWS.COM - Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon, mengaku prihatin dengan maraknya sejumlah anggapan negatif terhadap Islam di Indonesia. Ia pun mengungkapkan buah pikirannya melalui sejumlah ucapan di akun sosial media Twitter miliknya, Fadli Zon, Rabu (28/6) malam.

Di Rumah Pelaku Teror Mapolda Sumut, Polisi Temukan Sejumlah Dokumen ISIS

Mengawali ciutannya, Fadli menyebut bahwa ada rezim Islamophobia yang tidak memahami paham dan karakter umat Islam Indonesia lantaran kurangnya pengetahuan terhadap sejarah perjuangan-perjuangan tokoh Islam untuk Nusantara.

Fadli juga menyebut bahwa aksi terorisme seperti bom bunuh diri belum marak terjadi sejak Indonesia merdeka hingga era reformasi, bahkan ketika Perang Dingin (Cold War) berlangsung belasan tahun lamanya. Usai bubarnya Union of Soviet Socialist Republics (USSR) pun, sejumlah negara Islam di Timur Tengah mulai mengalami konflik.

Ini Kronologi Penyerangan Teroris ke Mapolda Sumut

Meski demikian, anggapan soal Islamophobia, terorisme, dan radikalisme pun belum mencuat kala itu. Anggapan tersebut kemudian muncul setelah tahun 2001, yang mana dipicu oleh tragedi yang menimpa Menara Kembar World Trade Center, New York, Amerika Serikat, pada 11 September 2011 silam.

"Bagi saya yang alami zaman Orba hingga kini, tak pernah menyaksikan orang Indonesia jadi teroris kecuali pasca 2001. Ini perubahan drastis," kata Fadli.

Ia juga menegaskan bahwa Islam tidak pernah mengajarkan aksi biadab seperti teror dan Islam merupakan agama yang membawa perdamaian. Menurutnya, kekacauan yang terjadi saat ini merupakan buah dari kesalahpahaman dan pikiran negatif terhadap umat Islam. 

"Saya yakin 99,9 persen Muslim di Indonesia adalah Muslim moderat yg toleran, tepa selira, dan memahami kebhinekaan sebagai keniscayaan. Yang berbahaya adalah kalau penguasa selalu salah menempatkan diri terhadap Islam dan umat Islam itu. Selalu dituduh radikal, intoleran, dan lain-lain," ujarnya lagi.

Fadli kemudian menyoroti bagaimana sejumlah tindakan kriminalisasi terhadap ulama dan tokoh-tokoh Islam dapat menjadi batu sandungan dalam menciptakan kedamaian di Indonesia. Pasalnya, tindakan tersebut bisa saja memicu umat Islam merasa 'dipojokkan' atau 'diftnah' oleh negara sendiri. 

"Keberpihakan penguasa waktu Pilkada kemarin bukan rahasia, dan perlindungan yang demikian hebat pada penista agama, menjadi catatan penting. Belum lagi kriminalisasi ulama, penangkapan ulama, red notice, tuduhan makar, jadi rangkaian puzzle yangg menyimpulkan ada upaya sudutkan Islam," tambahnya.

Fadli pun berharap para elit penguasa negeri yang disebutnya telah mengalami disorientasi pandangan, untuk dapat 'membuka mata dan hati' atas apa yang telah terjadi agar tidak memperparah reaksi yang bisa saja mengarah pada radikalisme.

"Di sini lah perlunya pemimpin yang paham terhadap rakyat, umat, dan semua elemen masyarakat. Paham ideologi, pergerakan, pandangan, dan lain-lain. Di tangan pemimpin lemah dan nggak ngerti sejarah, kebhinekaan jadi ancaman. Di tangan pemimpin kuat visioner, kebhinekaan jadi force yangg dahsyat," pungkasnya.

Lawan Terorisme, Warga Tolak Pemakaman Jenazah Pelaku Teror Mapolda Sumut di Areal Kampung

Penulis : Nugrahenny Putri Untari
قالب وردپرس
Share:

0 comments:

Posting Komentar

Arsip Blog

Definition List

Unordered List

Support