JAKARTA, JITUNEWS.COM - Rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk memberlakukan sistem belajar hari Senin hingga Jumat dengan durasi delapan jam sehari tampaknya masih menuai konflik dari beberapa pihak.
Peruntukan KIP Diperluas, Ini Pesan Puan Maharani
Setelah sebelumnya mendapat kritik dari Ketua Fraksi PPP, Reni Marlinawati, kini giliran Majelis Ulama Indonesia (MUI) turut mengemukakan tanggapannya.
Hampir senada dengan Reni, Wakil Ketua Umum MUI, Zainut Tauhid Saâadi, mengatakan bahwa kebijakan tersebut dapat memengaruhi sejumlah kegiatan maupun praktik pembelajaran agama yang dibina secara swadaya oleh masyarakat, seperti Madrasah Diniyah dan juga pesantren.
Setor Nama Calon Deputi, Yudi Latief Siapkan Wacana Revitalisasi Mapel Pancasila
"Dengan diberlakukannya pendidikan selama delapan jam sehari, dapat dipastikan pendidikan dengan model madrasah akan gulung tikar. Padahal keberadaannya masih sangat penting dan dibutuhkan oleh masyarakat," kata Zainut dalam keterangan persnya, Minggu (11/6).
Jika hal tersebut benar-benar terjadi, menurut Zainut, akan sangat disayangkan lantaran model pembelajaran madrasah maupun pesantren selama ini telah menjadi kearifan lokal tersendiri di daerah masing-masing.
"Saya tidak bisa bayangkan jika nanti Madrasah Diniyah akan tutup dan juga para pengajarnya akan kehilangan lahan pengabdiannya. Ini akan menjadi catatan kelam bagi dunia pendidikan Islam di negeri yang berdasarkan Pancasila," katanya lagi.
Zainut mengaku kebijakan meliburkan siswa dan pengajar pada akhir pekan untuk menikmati kebersamaan dengan keluarga sebenarnya memiliki tujuan yang bagus. Akan tetapi, ia ingin pemerintah untuk mengkaji kembali kebijakan tersebut agar tidak merugikan pihak-pihak lain. "Kebijakan tersebut bagus, tapi harus ditinjau ulang," ujarnya.
PPP Tegaskan Tolak Rencana Sekolah Senin Hingga Jumat
| Penulis | : | Nugrahenny Putri Untari |






0 comments:
Posting Komentar